“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [QS. al-A’raf (7): 96]
Akhir-akhir
ini Indonesia memang sangat memprihatinkan, bencana terjadi dimana-mana. Awal
tahun ini saja sudah terjadi banjir bandang di jakarta dan manado, cuaca buruk
di sekitar pesisir, gunung sinabung meletus, baru-baru ini gunung kelud
di jawa timur pun sepertinya tidak mau kalah dengan gunung sinabung. Belum lagi
ketika kita berkaca beberapa tahun kebelakang, tsunami di aceh, letusan gunung
merapi, lumpur lapindo, gempa hebat dan banjir di beberapa kota yang semakin
menambah hiruk pikuk di negeri (yang katanya dari dulu) sedang berkembang ini.
Melihat
kondisi demikian, benak lalu menerka. Tiba-tiba teringat dengan penggalan ayat
Al-Qur’an diatas. Ayat yang begitu familiar ketika dalam forum-forum kajian
halaqoh, ayat tentang peringatan optional kehidupan. Logika pendek diri ini
kemudian kembali menerka atas apa yang terjadi di Indonesia. Ayat diatas
jelas-jelas dengan gamblang menyatakan sekiranya penduduk negeri-negeri
`beriman dan bertakwa` maka akan ada nikmat yang melimpah dari langit dan bumi.
Sebagian mufassir mendefinisikan nikmat dari langit itu berupa hujan. Di
Indonesia, hujan yang seharusnya menjadi rahmat pun malah jadi bencana. Berarti
memang ada konstruksi yang salah terkait masalah `beriman dan bertakwa` yang
dibangun di Indonesia.
Kemudian pada lanjutan ayat-ayat diatas “..kemudian mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. Sedih memang, apalagi ketika melihat stasiun berita yang setiap harinya tidak pernah berhenti menayangkan berita-berita kriminal dan kemaksiatan. Hanya di Indonesia seorang ayah tega membunuh anak dan istrinya karena himpitan ekonomi. Hanya di Indonesia hakim kebingungan untuk menghukum aktris yang berzina dan hanya di jerat pasal penyebaran video pornografi karena memang tidak pernah ada hukuman untuk orang yang berzina apalagi jika dilakukan suka sama suka. Padahal dalam Al-Qur’an sudah jelas hukumannya untuk seorang pezina (buka QS. An-Nur : 2). Hanya di Indonesia aktris yang baru keluar dari penjara karena kasus pornografi disambut bak pahlawan yang baru pulang dari medan juang. Hanya di Indonesia proses pendegradasian moral dianggap sebagai hiburan, anak-anak dijadikan objek eksploitasi kemaksiatan. Islam hanya dijadikan dorongan ibadah ritual semata, jika mengutip kata buya hamka “..adalah hal yang tidak bisa diterima oleh akal mengikuti perintah Tuhan dalam hal sembahyang (solat) tapi mengikuti teori manusia dalam hal pemerintahan”. Itulah sebabnya banyak ayat-ayat Tuhan yang didustakan atau terdustakan dengan sendirinya, karena Islam hanya dijadikan option, not obligation.
Ooh Tuhan, ingin rasanya sehari saja stasiun berita itu berhenti menayangkan berita karena tidak ada lagi berita buruk yang bisa mereka liput karena Indonesia sudah makmur dan sejahtera.
Kemudian pada lanjutan ayat-ayat diatas “..kemudian mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. Sedih memang, apalagi ketika melihat stasiun berita yang setiap harinya tidak pernah berhenti menayangkan berita-berita kriminal dan kemaksiatan. Hanya di Indonesia seorang ayah tega membunuh anak dan istrinya karena himpitan ekonomi. Hanya di Indonesia hakim kebingungan untuk menghukum aktris yang berzina dan hanya di jerat pasal penyebaran video pornografi karena memang tidak pernah ada hukuman untuk orang yang berzina apalagi jika dilakukan suka sama suka. Padahal dalam Al-Qur’an sudah jelas hukumannya untuk seorang pezina (buka QS. An-Nur : 2). Hanya di Indonesia aktris yang baru keluar dari penjara karena kasus pornografi disambut bak pahlawan yang baru pulang dari medan juang. Hanya di Indonesia proses pendegradasian moral dianggap sebagai hiburan, anak-anak dijadikan objek eksploitasi kemaksiatan. Islam hanya dijadikan dorongan ibadah ritual semata, jika mengutip kata buya hamka “..adalah hal yang tidak bisa diterima oleh akal mengikuti perintah Tuhan dalam hal sembahyang (solat) tapi mengikuti teori manusia dalam hal pemerintahan”. Itulah sebabnya banyak ayat-ayat Tuhan yang didustakan atau terdustakan dengan sendirinya, karena Islam hanya dijadikan option, not obligation.
Ooh Tuhan, ingin rasanya sehari saja stasiun berita itu berhenti menayangkan berita karena tidak ada lagi berita buruk yang bisa mereka liput karena Indonesia sudah makmur dan sejahtera.
Memang tidak
pernah ada yang bisa memastikan, apakah bencana yang terjadi hari ini adalah
azab Tuhan atau bukan, atau jangan-jangan hanya sekadar fenomena alam biasa.
Jika karena gunung meletus orang-orang menjauh karena takut terkena dampaknya,
maka Tuhan itu berbeda, semakin kita takut maka semakin kita harus mendekatkan
diri kepadaNya. Yang pasti apapun yang terjadi kita harus merefleksi kembali
kondisi ummat hari ini, karena tidak mungkin ada bencana tanpa adanya dosa yang
kita perbuat, seperti hukum kausalitas tidak mungkin adanya akibat tanpa adanya
sebab.
"Kita
milik Allah semata dan sesungguhnya hanya kepada-Nya semata kita kembali.
(QS. Al-Baqarah: 156). Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah yang
menimpaku, dan berilah aku ganti yang lebih baik daripada musibah yang telah
menimpa.” (HR. Muslim)
0 comments:
Posting Komentar