Saat Presentasi Makalah |
Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia atau yang
biasa disebut ISMAFARSI merupakan sebuah lembaga mahasiswa sejenis yang
menaungi lebih dari 50 institusi farmasi seluruh Indonesia. Posisi ISMAFARSI
cukup representative untuk menampilkan wajah lembaga mahasiswa farmasi
Indonesia mengingat cakupannya yang terbentang dari ujung timur hingga ke ujung
barat Indonesia. Beberapa pekan lalu ISMAFARSI baru saja merayakan ulang tahun
nya yang ke-58. Usia yang sudah cukup tua untuk organisasi mahasiswa. Lantas
yang menjadi pertanyaan, di usia seperti itu apa yang sudah ISMAFARSI lakukan
untuk bangsa ini? Atau jangan-jangan ISMAFARSI sedang terlena dalam ketuaannya.
Ketika ditanya apa yang yang sudah ISMAFARSI berikan, saya
bingung untuk mendeskripsikannya. Beberapa kali menghadiri event wilayah, kerap
kali masih dengan masalah yang sama, sepi peserta. Sidang-sidang yang dilakukan
jauh dari kesan intelektual, seperti sebuah procedural yang harus dilewatkan
begitu saja. Di event nasional suasanya mungkin agak sedikit berbeda karena
bertemu dengan orang-orang yang lebih majemuk. Kader-kader ISMAFARSI hari ini
seperti hidup dan menunggu dari satu event ke event lainnya, dari satu tempat
wisata ke tempat wisata lainnya. Sangat jauh dari kesan pergerakan yang seharusnya
di bangun.
Beberapa kali membaca tulisan di blog sekjen ISMAFARSI
tentang advokasi dengan ketua IAI terkait masalah peran apoteker di era SJSN,
promosi BIMFI, dll. Sebetulnya itu adalah suatu kemajuan, tapi seolah-olah
bertumpu pada peran BPH saja. Tumpuan pergerakan ISMAFARSI seharusnya ada pada
komisariat, dalam hal ini LEM (Lembaga Eksekutif Mahasiswa).
ISMAFARSI hari ini seperti terjebak dalam pengaturan event.
Hanya melaksanakan event yang setiap tahun berulang. Untuk kader-kader jebolan
LK2 di tingkat wilayah pun tidak ada pemberdayaan lanjutan. Jika hal ini terus
terjadi bukan tidak mungkin ISMAFARSI akan mati dengan sendirinya. Komisariat
(dalam hal ini LEM) yang merupakan akar rumput ISMAFARSI, setiap tahun punya
agenda nya masing-masing, ketika ISMAFARSI masih terjebak dalam pengaturan
event akan terjadi dua kepentingan yang sama. Itulah sebabnya ISMAFARSI masih
terus-terusan berkutat dengan masalah internal.
Komisariat hari ini hanya bergerak sporandis sesuai dengan
kepentingan kampusnya masing-masing, itulah mungkin salah satu sebabnya taring
mahasiswa farmasi tidak pernah terasa. Posisi ISMAFARSI yang strategis itu
seharusnya bisa mengakomodir gerakan-gerakan komisariat menjadi satu gerakan
terpadu yang harmonis, sehingga nanti kedepannya orang akan melihat ISMAFARSI
sebagai salah satu kekuatan yang patut diperhitungkan dalam ranah pergerakan
mahasiswa Indonesia.
Sudah saatnya kita merefleksi kembali gerakan yang kita
bangun. Masing-masing dari kita harus menyadari untuk apa sebenarnya ISMAFARSI
dibentuk. Untuk merubah arah perlayaran memang tidak mudah, tapi ini adalah
alternative langkah yang harus ditempuh agar pergerakan ISMAFARSI lebih terasa.
Pertama, perlu dilakukan reposisi keanggotaan ISMAFARSI. Untuk
membuat suatu pergerakan, hal ini sangat di tunjang oleh SDM-SDM nya. Lalu
dimana SDM-SDM pergerakan? Jawabannya ada di Lembaga Eksekutif Mahasiswa.
Menurut AD BAB IV pasal 8 “Anggota adalah Lembaga Eksekutif Mahasiswa S1 Perguruan
Tinggi di Indonesia” serta menurut ART BAB I pasal 1 “Anggota ISMAFARSI adalah
Lembaga Eksekutif Mahasiswa S1 Perguruan Tinggi di Indonesia yang ditetapkan
dalam Munas dst.”
Dalam AD/ART ISMAFARSI jelas disebutkan bahwa keanggotaan
itu adalah LEM bukan BSO atau Badan Otonom. Saya sangat mengapresiasi platform
yang sekjen bawa untuk mengintegrasikan ISMAFARSI kedalam LEM karena itu salah
satu cara untuk mengembalikan fitrah ISMAFARSI, agar kedepannya forum-forum
yang ISMAFARSI adakan menjadi pusat berkumpulnya orang-orang pergerakan yang
kaya akan nuansa intelektual, bukan hanya diisi sekadar oleh para pelancong
wisata. Sehingga perlu dilakukan reposisi ISMAFARSI ditingkat komisariat yang
masih sebagai BSO atau Badan Otonom menjadi LEM, karena LEM merupakan
sumber-sumber SDM pergerakan.
Kedua, didalam RAKERNAS harusnya ada sesi untuk pembahasan
arah pergerakan. Ketika mengikuti Rakernas di Medan bulan Januari 2013 lalu,
ada sedikit kekecewaan. Rakernas ISMAFARSI tak ada bedanya dengan RAKER-RAKER
organisasi intra kampus, hanya membahas program kerja. Hal ini sangat mubazir
mengingat nama besar ISMAFARSI dan tujuan yang harus ISMAFARSI capai. Harusnya
ada satu waktu khusus untuk membahas arah pergerakan yang akan ISMAFARSI
lakukan. Saya sedikit mengambil contoh dari BEM SI (Seluruh Indonesia). BEM SI
adalah aliansi untuk BEM se-Indonesia. Rakernas BEM SI digunakan untuk membahas
isu-isu strategis apa yang akan dibawa selama setahun, misalnya korupsi,
pendidikan, energy, dll. Begitupun seharusnya ISMAFARSI, karena ISMAFARSI
merupakan forum LEM se-Indonesia harusnya dibahas juga mengenai isu-isu
strategis apa yang akan kita bawa selama kepengurusan, misalnya isu tentang
SJSN, uji kompetensi apoteker, spesialisasi apoteker dll. Sehingga kedepannya
arah gerak kita lebih nyata dan terarah.
Ketiga, adanya pembahasan evaluasi kinerja dan isu kekinian
farmasi. Untuk sebuah organisasi mahasiswa skala nasional, ISMAFARSI mungkin
termasuk lama dari segi masa kepengurusan, yakni selama 2 tahun. Masa 2 tahun
yang cukup lama itu harus nya membuat kita lebih leluasa dalam mengevaluasi
kinerja yang sudah komisariat lakukan berdasarkan arah gerak di awal, hal ini
juga sekaligus untuk menanggulangi komisariat-komisariat yang tidak aktif. Pembahasan
evaluasi kinerja ini sekaligus untuk meninjau ulang juga terkait masalah arah
gerak dan relevansi nya dengan kekinian isu-isu farmasi, apakah memberi dampak
yang signifikan atau tidak bagi bangsa ini.
Keempat, Rapat Kerja Wilayah dilaksanakan setelah Rapat
Kerja Nasional. Ketika kita ingin mengharmonisasikan gerakan di internal
ISMAFARSI, ini adalah salah satu konsekwensi logis yang harus dilakukan. RAKERWIL
adalah momentum awal bagi setiap wilayah untuk menentukan arah pergerakannya
selama satu periode kepengurusan. Ketika dilaksanakan sebelum RAKERNAS, besar
sekali kemungkinan adanya ketidaksinergisan antara pengurus pusat dan wilayah.
Hal ini juga untuk mengantisipasi wilayah-wilayah yang hanya terjebak dalam event organizer. Posisi RAKERWIL setelah
RAKERNAS ini akan membuat wilayah membahas intens tentang permasalahan kefarmasian
yang ada di wilayahnya dengan mengembangkan isu hasil kongres nasional tanpa menggangu
otonomi wilayahnya sendiri.
Beberapa perubahan memang adalah konsekwensi logis yang
harus dilakukan. Sudah saatnya kita merevitalisasi kembali gerakan yang sudah
lama di bangun ini. Kuncinya hanya satu, leburkan kepentingan pribadi dan
bergerak untuk kebaikan bersama. Mari kembali rapatkan barisan dan
harmonisasikan gerakan, karena Indonesia ini terlalu besar untuk kita gerakan
sendirian.
Jaya Sukmana
Kemafar - Universitas Padjadjaran
Peserta LKMMF Nasional ISMAFARSI
di Universitas Brawijaya - Malang
25-27 Januari 2014
Saat Sesi Tanya Jawab |
0 comments:
Posting Komentar