Kamis, 06 Februari 2014

Meretas Jalan, Mengharmonisasikan Gerakan

Saat Presentasi Makalah
Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia atau yang biasa disebut ISMAFARSI merupakan sebuah lembaga mahasiswa sejenis yang menaungi lebih dari 50 institusi farmasi seluruh Indonesia. Posisi ISMAFARSI cukup representative untuk menampilkan wajah lembaga mahasiswa farmasi Indonesia mengingat cakupannya yang terbentang dari ujung timur hingga ke ujung barat Indonesia. Beberapa pekan lalu ISMAFARSI baru saja merayakan ulang tahun nya yang ke-58. Usia yang sudah cukup tua untuk organisasi mahasiswa. Lantas yang menjadi pertanyaan, di usia seperti itu apa yang sudah ISMAFARSI lakukan untuk bangsa ini? Atau jangan-jangan ISMAFARSI sedang terlena dalam ketuaannya.
Ketika ditanya apa yang yang sudah ISMAFARSI berikan, saya bingung untuk mendeskripsikannya. Beberapa kali menghadiri event wilayah, kerap kali masih dengan masalah yang sama, sepi peserta. Sidang-sidang yang dilakukan jauh dari kesan intelektual, seperti sebuah procedural yang harus dilewatkan begitu saja. Di event nasional suasanya mungkin agak sedikit berbeda karena bertemu dengan orang-orang yang lebih majemuk. Kader-kader ISMAFARSI hari ini seperti hidup dan menunggu dari satu event ke event lainnya, dari satu tempat wisata ke tempat wisata lainnya. Sangat jauh dari kesan pergerakan yang seharusnya di bangun.
Beberapa kali membaca tulisan di blog sekjen ISMAFARSI tentang advokasi dengan ketua IAI terkait masalah peran apoteker di era SJSN, promosi BIMFI, dll. Sebetulnya itu adalah suatu kemajuan, tapi seolah-olah bertumpu pada peran BPH saja. Tumpuan pergerakan ISMAFARSI seharusnya ada pada komisariat, dalam hal ini LEM (Lembaga Eksekutif Mahasiswa).
ISMAFARSI hari ini seperti terjebak dalam pengaturan event. Hanya melaksanakan event yang setiap tahun berulang. Untuk kader-kader jebolan LK2 di tingkat wilayah pun tidak ada pemberdayaan lanjutan. Jika hal ini terus terjadi bukan tidak mungkin ISMAFARSI akan mati dengan sendirinya. Komisariat (dalam hal ini LEM) yang merupakan akar rumput ISMAFARSI, setiap tahun punya agenda nya masing-masing, ketika ISMAFARSI masih terjebak dalam pengaturan event akan terjadi dua kepentingan yang sama. Itulah sebabnya ISMAFARSI masih terus-terusan berkutat dengan masalah internal.
Komisariat hari ini hanya bergerak sporandis sesuai dengan kepentingan kampusnya masing-masing, itulah mungkin salah satu sebabnya taring mahasiswa farmasi tidak pernah terasa. Posisi ISMAFARSI yang strategis itu seharusnya bisa mengakomodir gerakan-gerakan komisariat menjadi satu gerakan terpadu yang harmonis, sehingga nanti kedepannya orang akan melihat ISMAFARSI sebagai salah satu kekuatan yang patut diperhitungkan dalam ranah pergerakan mahasiswa Indonesia.
Sudah saatnya kita merefleksi kembali gerakan yang kita bangun. Masing-masing dari kita harus menyadari untuk apa sebenarnya ISMAFARSI dibentuk. Untuk merubah arah perlayaran memang tidak mudah, tapi ini adalah alternative langkah yang harus ditempuh agar pergerakan ISMAFARSI lebih terasa.
Pertama, perlu dilakukan reposisi keanggotaan ISMAFARSI. Untuk membuat suatu pergerakan, hal ini sangat di tunjang oleh SDM-SDM nya. Lalu dimana SDM-SDM pergerakan? Jawabannya ada di Lembaga Eksekutif Mahasiswa. Menurut AD BAB IV pasal 8 “Anggota adalah Lembaga Eksekutif Mahasiswa S1 Perguruan Tinggi di Indonesia” serta menurut ART BAB I pasal 1 “Anggota ISMAFARSI adalah Lembaga Eksekutif Mahasiswa S1 Perguruan Tinggi di Indonesia yang ditetapkan dalam Munas dst.”
Dalam AD/ART ISMAFARSI jelas disebutkan bahwa keanggotaan itu adalah LEM bukan BSO atau Badan Otonom. Saya sangat mengapresiasi platform yang sekjen bawa untuk mengintegrasikan ISMAFARSI kedalam LEM karena itu salah satu cara untuk mengembalikan fitrah ISMAFARSI, agar kedepannya forum-forum yang ISMAFARSI adakan menjadi pusat berkumpulnya orang-orang pergerakan yang kaya akan nuansa intelektual, bukan hanya diisi sekadar oleh para pelancong wisata. Sehingga perlu dilakukan reposisi ISMAFARSI ditingkat komisariat yang masih sebagai BSO atau Badan Otonom menjadi LEM, karena LEM merupakan sumber-sumber SDM pergerakan.
Kedua, didalam RAKERNAS harusnya ada sesi untuk pembahasan arah pergerakan. Ketika mengikuti Rakernas di Medan bulan Januari 2013 lalu, ada sedikit kekecewaan. Rakernas ISMAFARSI tak ada bedanya dengan RAKER-RAKER organisasi intra kampus, hanya membahas program kerja. Hal ini sangat mubazir mengingat nama besar ISMAFARSI dan tujuan yang harus ISMAFARSI capai. Harusnya ada satu waktu khusus untuk membahas arah pergerakan yang akan ISMAFARSI lakukan. Saya sedikit mengambil contoh dari BEM SI (Seluruh Indonesia). BEM SI adalah aliansi untuk BEM se-Indonesia. Rakernas BEM SI digunakan untuk membahas isu-isu strategis apa yang akan dibawa selama setahun, misalnya korupsi, pendidikan, energy, dll. Begitupun seharusnya ISMAFARSI, karena ISMAFARSI merupakan forum LEM se-Indonesia harusnya dibahas juga mengenai isu-isu strategis apa yang akan kita bawa selama kepengurusan, misalnya isu tentang SJSN, uji kompetensi apoteker, spesialisasi apoteker dll. Sehingga kedepannya arah gerak kita lebih nyata dan terarah.
Ketiga, adanya pembahasan evaluasi kinerja dan isu kekinian farmasi. Untuk sebuah organisasi mahasiswa skala nasional, ISMAFARSI mungkin termasuk lama dari segi masa kepengurusan, yakni selama 2 tahun. Masa 2 tahun yang cukup lama itu harus nya membuat kita lebih leluasa dalam mengevaluasi kinerja yang sudah komisariat lakukan berdasarkan arah gerak di awal, hal ini juga sekaligus untuk menanggulangi komisariat-komisariat yang tidak aktif. Pembahasan evaluasi kinerja ini sekaligus untuk meninjau ulang juga terkait masalah arah gerak dan relevansi nya dengan kekinian isu-isu farmasi, apakah memberi dampak yang signifikan atau tidak bagi bangsa ini.
Keempat, Rapat Kerja Wilayah dilaksanakan setelah Rapat Kerja Nasional. Ketika kita ingin mengharmonisasikan gerakan di internal ISMAFARSI, ini adalah salah satu konsekwensi logis yang harus dilakukan. RAKERWIL adalah momentum awal bagi setiap wilayah untuk menentukan arah pergerakannya selama satu periode kepengurusan. Ketika dilaksanakan sebelum RAKERNAS, besar sekali kemungkinan adanya ketidaksinergisan antara pengurus pusat dan wilayah. Hal ini juga untuk mengantisipasi wilayah-wilayah yang hanya terjebak dalam event organizer. Posisi RAKERWIL setelah RAKERNAS ini akan membuat wilayah membahas intens tentang permasalahan kefarmasian yang ada di wilayahnya dengan mengembangkan isu hasil kongres nasional tanpa menggangu otonomi wilayahnya sendiri.

Beberapa perubahan memang adalah konsekwensi logis yang harus dilakukan. Sudah saatnya kita merevitalisasi kembali gerakan yang sudah lama di bangun ini. Kuncinya hanya satu, leburkan kepentingan pribadi dan bergerak untuk kebaikan bersama. Mari kembali rapatkan barisan dan harmonisasikan gerakan, karena Indonesia ini terlalu besar untuk kita gerakan sendirian.


Jaya Sukmana
Kemafar - Universitas Padjadjaran
Peserta LKMMF Nasional ISMAFARSI
di Universitas Brawijaya - Malang
25-27 Januari 2014

Saat Sesi Tanya Jawab

Jaya Sukmana

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 comments:

Posting Komentar

 
biz.