Indonesia
ini negeri yang besar, sungguh terlalu besar. Negeri yang terbentang dari
sabang sampai merauke ini memiliki banyak potensi kehidupan. Di negeri ini
terdapat banyak gunung api aktif, akibatnya tanahnya menjadi sangat subur. Bukan
hanya permukaannya saja, dibawah tanah pun juga sangat subur dengan mineral,
minyak, gas, bahkan emas pun ada. Ketika berbicara kekayaan alam didaratan
Indonesia, rasanya belum lengkap ketika tidak berbicara masalah potensi
kelautannya karena notabene 2/3 luas negeri ini adalah lautan. Negeri yang
memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia ini sangat mempesona dalam hal
kelautannya, potensi keanekaragaman hayati yang banyak sangat mungkin
dimanfaatkan, bukan hanya dalam hal budidaya ikan tapi juga pengembangan
obat-obat baru dari sumber daya hayati laut. Posisi Indonesia yang strategis
ini juga membuat Indonesia memiliki banyak daerah pariwisata yang bisa
mendatangkan keuntungan besar untuk Indonesia.
Potensi
yang besar itu tidak lantas membuat Indonesia menjadi Negara adidaya. Faktanya,
cerita dari jaman SD hingga sekarang Indonesia masih saja menjadi Negara
berkembang, entah sampai kapan. Kita seperti tuan yang mengontrak di rumah
sendiri. Alih-alih keterbatasan teknologi, pengelolaan sumber daya alam di
serahkan kepada asing. Blok cepu yang kayak migas dikelola oleh exon mobile,
tambang emas di papua dikelola oleh Freeport, panas bumi dikelola chevron dan
mungkin masih banyak perusahaan kakap kelas dunia yang dengan nyaman bertengger
di bumi katulistiwa ini, mengelola semua kekayaan alam negeri ini. Hanya
masalah waktu untuk membuat Indonesia kelaparan di negerinya sendiri, bak tikus yang kelaparan di lumbung
padi.
Tidak
hanya dalam pengelolaan SDA. Kelakuan para birokrat negeri ini kian hari juga kian
memprihatinkan. Budaya korupsi sudah seperti daging yang tak bisa lepas dari
tulang. Suap menyuap seperti tak pernah berhenti diberitakan. Bahkan yang lebih
memilukan, kasus ini juga menimpa sampai ketua Mahkamah Konstitusi dan POLRI,
dua lembaga yang seharusnya menjadi pelindung terakhir negeri ini disaat yang
lain berbuat kesalahan. Belum lagi sederetan kasus lainnya yang mungkin tidak
akan pernah habis untuk dijabarkan.
Keadaan
Indonesia yang demikian carut marut tersebut seharusnya tidak lantas membuat
kita berhenti berharap dan berjuang. Permasalahan Indonesia hari ini sedang
menunggu tangan kecil kita untuk menyelesaikannya. Kita bisa belajar sedari
sekarang dan membuktikan pada dunia bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat
intelektual yang terdidik yang bisa mengembangkan teknologi untuk kebutuhannya
sendiri, agar kedepannya kekayaan alam kita tidak lagi di keruk oleh bangsa
asing tapi bisa kita kelola sendiri.
Beribicara
masalah birokrat yang korup juga sebetulnya kita tidak perlu khawatir, karena
5-10 tahun mendatang massa kejayaan mereka akan segera berakhir, dan generasi
kitalah yang akan menggantikannya. Kalau kata orang “jika mau menghancurkan suatu kaum, maka hancurkanlah generasi muda nya”
pun begitu juga ketika kita ingin membangun suatu kamu, maka bangunlah mulai
dari generasi mudanya. Justru yang seharusnya kita khawatirkan adalah, apakah
kemampuan kita saat ini sudah cukup mapan untuk menggantikan mereka di massa
mendatang? Jangan sampai ketika massa nya tiba, kita hanya bisa mengekor dari
produk kelam massa lalu.
“Mulailah menyalakan lilin, daripada terus
menerus mengutuki kegelapan”, karena sepercik nyala lilin akan sangat
berharga ditengah dunia yang sedang mati lampu. Pun begitu juga dengan kita,
karena Indonesia masih dilanda duka, sekecil apapun yang kita lakukan tentu
akan bermakna. Jadi mulailah memupuk kebaikan sedikit demi sedikit, karena
kebaikan itu seperti virus, mereka akan bereplikasi dan berkamuflase
menghasilkan kebaikan-kebaikan lainnya.
Ketika
massa nya tiba untuk kita menahkodai Indonesia, akhirnya kita bisa
mengorganisir kebaikan lebih luas, memperbaiki kondisi Indonesia sembari mengisi
lumbung-lumbung pahala yang akan memudahkan kita saat hisab menuju surga.
0 comments:
Posting Komentar