Indonesia
adalah Negara luas yang terbentang dari sabang sampai merauke dengan jutaan
jiwa di dalamnya. Wilayah yang luas ini membuat Indonesia kaya akan budaya yang
beragam. Meskipun berbeda-beda, tapi dari kemajemukan ini kita bisa mengambil
sedikit benang merah, bahwa kehidupan masyarakat Indonesia masih sangat kental
dengan budaya lisan nya.
Dalam
Negara berkembang seperti Indonesia, budaya lisan memang masih mendominasi
dibandingkan dengan budaya membaca-menulis. Orang-orang di Negara maju
mempunyai masalah yang lebih kompleks daripada Negara berkembang, sehingga
masyarakatnya lebih suka menulis analisa secara lebih mendalam daripada
membahas nya secara verbal.
Universitas
dalam hal ini pendidikan tinggi seharusnya bisa menjadi leading indicator dalam kemajuan suatu bangsa. Apalagi sebagai
insan akademis, seharusnya budaya menulis itu sudah tumbuh dan menjadi
kebutuhan tersendiri seperti halnya kita perlu makan dan minum setiap hari.
Tapi pada faktanya, di Indonesia tidak demikian. Buktinya, menurut data scopus
per 1 Agustus 2012 hanya ada 54 institusi perguruan tinggi di Indonesia. Scopus
adalah database yang berisi bibliografi abstrak dan kutipan (citation)
untuk artikel jurnal ilmiah terbesar didunia. Scopus mencakup hampir 18.000
judul dari lebih dari 5.000 penerbit internasional, termasuk di dalamnya 16.500
peer-review jurnal dalam bidang sains, teknik, kedokteran, dan
sosial (termasuk seni dan humaniora) (kopertis12.or.id). Scopus mencatat
berdasarkan jumlah publikasi dan hanya ada 54 institusi perguruan tinggi yang
terdaftar (mempublikasikan jurnal), padahal di Indonesia ada ribuan institusi
perguruan tinggi.
Menurut survey webometric, institusi perguruan tinggi di Indonesia yang menempati peringkat teratas adalah UGM dengan peringkat 414 dunia. Penilaian webometrik ini didasarkan pada beberapa kriteria: Presence, Impact, Openness, Excellence (ub.ac.id). Menilai keaktifan setiap universitas di internet berdasarkan tulisan, publikasi ilmiah, dll.
Menurut survey webometric, institusi perguruan tinggi di Indonesia yang menempati peringkat teratas adalah UGM dengan peringkat 414 dunia. Penilaian webometrik ini didasarkan pada beberapa kriteria: Presence, Impact, Openness, Excellence (ub.ac.id). Menilai keaktifan setiap universitas di internet berdasarkan tulisan, publikasi ilmiah, dll.
Belum lagi jika kita membandingkan
publikasi Negara kita dengan Negara-negara di ASEAN seperti Thailand dan
Malaysia, jelas angka publikasi kita sangat ketinggalan jauh.
Memang
tidak mudah meninggalkan ketertinggalan, apalagi melihat sejarah kelam bangsa
kita pada masa penjajahan dimana pendidikan hanyalah sebuah alat untuk
menghasilkan orang dengan mental budak. Kita terlanjur harus menyeret beban
sejarah yang payah, beban sejarah manusia terjajah. Pendidikan awal yang kita dapat
pun hanya pendidikan untuk menghasilkan pegawai administratif yang murah.
Setelah orde baru, pendidikan kita diterkam oleh kepentingan politis untuk
melanggengkan keadaan, dan tantangan hari ini adalah bagaimana menumbuhkan
budaya menulis agar kita tidak hanya menjadi suku cadang yang siap di supply untuk kepentingan pabrik-pabrik
kapitalisme global.
Referensi
0 comments:
Posting Komentar