Setelah kegiatan LK III berakhir, kegiatan dilanjutkan dengan Pra-Munas
XV. Satu-persatu delegasi berdatangan dengan warna jas almamaternya
masing-masing, menambah keheterogenan peserta yang sudah lebih dulu hadir. Banyak
diantaranya muka-muka lama tapi dengan posisi berbeda.
Priangan Bersatu - Saat Welcoming Party |
Kegiatan Pra-Munas XV ini dimulai pada tanggal 27 Desember 2014 dan
diawali dengan welcoming party. Setiap wilayah harus menampilkan suatu
kreasi kepada khalayak. Penampilan dimulai pukul 19.00, dan kita (wilayah
priangan) baru konsolidasi pukul 17.30 karena kegiatan LK III baru berakhir. Dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya harus mempersiapkan kreasi seni. Dengan bakat
ala kadarnya dalam diskusi pendek itu akhirnya kami memutuskan untuk
menampilkan lagu Bubuy Bulan dan Manuk Dadali. Dengan diiringi
petikan gitar, akhirnya kedua lagu itupun dinyanyikan. Dengan kondisi tanpa
latihan mungkin penampilan bisa dikatakan sukses, karena budaya sunda yang
sudah mendarah daging di hati para delegasi priangan.
Hari selanjutnya dilanjutkan dengan sidang Pra-Munas, agendanya adalah
untuk membahas rekomendasi-rekomendasi untuk periode selanjutnya yang akan
disahkan di Munas. Sidang ini diawali dengan sidang tata tertib yang hamper menghabiskan
waktu sekitar 3-4 jam. Konon, sidang tata tertib kali ini merupakan sidang
tercepat dalam persejarahan sidang Ismafarsi, karena pada Pramunas 2 tahun
silam saja di Makassar, sidang tata tertib sampai menghabiskan waktu satu hari
satu malam, mengerikan sekaligus memilukan. Benak kemudian menerka “hmm,
mungkin ini salah satu langkah awal kemajuan ismafarsi, dengan sidang tatib
yang sebentar berarti kita punya banyak waktu untuk membahas hal-hal
substansial, bukan hanya masalah internal tapi bagaimana ismafarsi ini juga
bereskalasi di eksternal”. Sidang kemudian dilanjutkan dengan rekomendasi
yang hilir mudik mewarnai jalannya sidang. Hari pertama sidang berjalan dengan lancer
sampai akhirnya sidang di pending karena waktu sudah menunjukan pukul 22.00
WIB.
Hari kedua kemudian berjalan, bahasan pertama dihari kedua adalah “munas
dilaksanakan 1 tahun sekali”. Karena rekomendasi ini UNPAD yang mengajukan,
semua peserta sidang bertanya, how? Ketika rekomendasi ini dilakukan,
pasti akan menuntut perubahan yang signifikan terhadap ismafarsi, terutama
masalah massa kepengurusan (yang hari ini) 2 tahun, akan berubah menjadi satu
tahun. “dalam massa kepengurusan 2 tahun terdapat 4 event nasional, kalau berubah
1 tahun jadi bagaimana?” semuanya bertanya masalah grand design massa
kepengurusan 1 tahun. Kami (dari UNPAD) mengajukan rekomendasi itu bukan
berarti dengan tangan kosong, kami membawa grand design satu tahun
setelah sebelumnya berdiskusi dengan ormawa lain seperti ILMIKI, PSMKGI, CIMSA
dan ISMKI. Saya kemudian maju mempresentasikan grand design satu tahun. Ternyata,
yang membawa mosi kepengurusan satu tahun ini bukan hanya UNPAD, tetapi Univ.
Hasanuddin juga ternyata sudah membawa grand design 1 tahun. Akhirnya UNPAD
dan UNHAS maju ke muka forum mempresentasikan grand design masing-masing.
Diskusi alot pun terjadi, banyak pertanyaan dari peserta sidang seperti sedang
menghakimi kami berdua, sampai-sampai sidang pun harus dipending beberapa kali.
Lobbying, pending, lobbying, pending. Sampai akhirnya grand
design dari UNPAD dan UNHAS dipadukan dan dipresentasikan sekali lagi. Ketika
keputusan akan di sahkan, muncul provokasi dari beberapa pihak, akhirnya forum
distraksi lagi, sampai sempat gaduh beberapa kali. Banyak pro-kontra, semakin
lama tensi juga semakin tinggi. Untuk kami yang hidup dalam iklim sunda yang
kata orang ‘kalem-kalem wae’ tentu memang ada tekanan tersendiri ketika
tensi memanas, tapi saya coba tenang dan mengerti, ini Indonesia dengan segala
kemajemukannya. Karakternya sangat beragam, lembut, keras, kasar, culas, semua
kondisi ada. Salah satu presidium (perempuan) pun sampai menangis, entah apa
alasannya, yang pasti mungkin karena kondisi forum dan bahasannya yang
muter-muter.
Suasana Sidang |
Pembahasan kepengurusan
satu tahun itu sudah menghabiskan waktu seharian, entah berapa kali lobbying
dan pending yang sudah terjadi. Akhirnya muncul win-win solution
untuk membuat badan pengkaji. Tugasnya membahas
secara matang dan intens di universitasnya masing-masing terkait masalah
kepengurusan satu tahun ini.
Hari ketiga pun tensi
masih sama, malah ada beberapa komisariat yang melakukan walk out. Bahasannya
pun masih muter-muter, kadang bahasan yang dibahas, diulangi kembali. Sidang di
hari ketiga pun akhirnya selesai dengan segala dinamika nya, dan sekaligus
sidang terakhir berdasarkan rundown panitia. Pembahasan sidang tiga hari
ini hanya membahas rekomendasi AD/ART saja, GBHO bahkan tidak tersentuh sama
sekali.
Dihari kelima Pra-Munas dilakukan FAMFI (Forum Aspirasi Mahasiswa
Farmasi), yang datang waktu itu adalah wasekjend IAI. Beberapa aspirasi memang
disampaikan, tapi terkadang terkesan seperti kuliah umum. FAMFI ini berakhir
pukul 23.30 WIB. Kemudian terjadi kegaduhan di belakang, ada beberapa
universitas yang meminta diadakan MUNASLUB, karena ada BP (Badan pengawas) yang
sudah lulus S1, dan ini jelas melanggar AD/ART. Dengan mata yang sudah
terkatung-katung, menyaksikan orang orasi didepan kamar asrama wanita,
membangunkan delegasi yang sebagian mungkin sudah terlelap dan menantang semua
delegasi untuk melakukan MUNASLUB. Perasaan sudah tidak karuan, antara ngeri
dan panic, bayangkan, lihat orang orasi dengan nada lantang setengah
marah-marah jam 12 malam sambil membunyikan sirine. Keadaan panic, nelpon
sana-sini, manggil yang memang bisa diajak diskusi.
MUNASLUB pun akhirnya terjadi, dimulai pukul 00.30-Adzan Subuh dengan
Segala dinamika keterlelapan. Akhirnya terpilihlah Alfianita dari UNSOED
sebagai BP Sementara menggantikan BP yang sudah lulus tadi.
Hari selanjutnya dihabiskan dengan KIO (Kampanye Informasi Obat) dan
Explore malang. Banyak kejadian lucu dan seru, mulai dari disangka jualan jamu
saat akan melakukan KIO sampai menikmati kuliner-kuliner khas malang mulai dari
baso bakar, baso goreng, mie setan, es genderewo yang sensasinya hingga hari
ini bikin kangen kota Malang. Dan yang paling tidak bisa terlupakan adalah bisa
menikmati Sunrise di Bromo, Naik diatas Jeep diantara hamparan padang pasir
yang menhampar luas, menaiki indahnya bukit teletubis hingga bisa mendaki ke
kawah bromo. Tapi sayang, 30 menit di kawah bromo, malah tidur bersandarkan
kaki diantara dua jurang, akibat terlalu lelah. Tapi ini benar-benar sensasi
yang tidak terlupakan, apalagi karena sweater gue ketinggalan didalam jeep. -_-
Setiap perjalanan
pasti menyisakan rasa. Begitupun perjalanan 2 minggu di Malang ini. Pertama, kita memang lebih suka
berkumpul dengan orang-orang yang satu visi dengan kita, karena bersama nya
kita akan saling menguatkan satu sama lain. Masih terbesit dalam ingatan, hari
kedua sidang selesai pukul 12 malam, kemudian kami berkonsolidasi sampai pukul
02.30 dengan beberapa universitas yang memang memiliki tujuan yang sama,
diskusi satu sama lain, menguatkan argument satu sama lain. Kedua, tentang asas professionalitas. Pada
sidang ismafarsi ini, entah berapa kali tensi sidang memanas, walkout, gebrak meja dan aktivitas-aktivitas
lainnya yang memang tidak layak untuk dijadikan contoh. Tapi sekali lagi, saya belajar
tentang professionalitas. Itu sebabnya kader-kader ismafarsi itu walaupun
didalam sidang berdebat hebat, saling jegal-menjegal argument tapi diluar
sidang kita bisa berangkulan erat. Satu kondisi yang sangat jarang ditemui. Ketiga, tentang keteguhan memegang
keidealan. Salah satu yang menyebabkan anak-anak timur meminta diadakannya
MUNASLUB karena mereka memegang keidealan. Yang mereka tuntut itu bukan hanya
sekadar penggantian BP (Badan Pengawas), tapi karena sudah terjadi pelanggaran
atas yang sudah kita buat bersama. Sekali lagi saya belajar, jangan terlalu
banyak mentoleransi atas ketidaksempurnaan, dan bedakan porsi kekeluargaan dan
porsi keprofessionalitasan. Keempat,
don’t judge people by cover. Intinya jangan
terlalu banyak termakan oleh propaganda orang, diskusi dulu. Setiap orang pasti
menginginkan kebaikan, dan pada hakekatnya pasti mengarah kesana. Yang perlu kita
lakukan adalah menyamakan persamaan, bukan mempertajam perbedaan. Kelima, logika dan cara pandang
kedepannya ketika sidang harus diubah. “Jadi
bagaimana dengan sidang di DPR ya kalau kebijakannya sudah bersinggungan dengan
hukum syara’ (dalam islam) sedangkan mekanisme nya masih yang menang suara
terbanyak, sidang levelan mahasiswa saja sudah banyak voting apalagi levelan
birokrat?” Untung saja sidang kali ini tidak bersinggungan dengan hukum syara’.
Terakhir, mungkin ini lebih tepatnya
rasa kagum. Ketika waktu luang, disamping diskusi banyak suasana-suasana yang
diisi dengan tilawah. Seperti, nafas segar ditengah gersangnya rohani dunia. Serta
banyak akhwat berbaju panjang, dengan
tensi yang demikian terjadi tidak menunjukan kelemahan sama sekali dibalik
kerudung panjang nya, justru kadang penetral saat suasana sudah mulai gaduh. Beruntunglah
generasi selanjutnya, karena mereka akan tercipta ditangan kalian. Sekarang saya
juga jadi paham tentang makna (QS. An-Nur: 26).
“Setiap orang benar-benar harus merefleksi kembali, untuk apa sebenarnya sebuah aliansi didirikan. Jangan sampai terus-terusan berkutat dengan masalah internal, bahas tata tertib yang tidak jelas esensinya dan lupa bahwa sebenarnya yang harus kita bangun itu adalah profesi kita, Apoteker. Jangan sampai egosentris kecerdasan dan terlalu saklek pada aturan, menghalangi tujuan besar kita untuk membuat farmasi Indonesia lebih baik lagi.”
Viva La Pharmacia ..
tamat.
NB: Catatan
ini bukan kritik untuk siapapun, hanya berharap untuk merefleksi satu sama
lain. Kalau terus-terusan seperti ini, yakin bisa membuat Indonesia lebih baik
lagi?
Delegasi Seluruh Indonesia dari 8 Wilayah |
Partai Koalisi |
Hahaha terus caption fotonya partai koalisi
BalasHapus