Minggu, 16 Maret 2014

Catatan dari Malang : Inilah Indonesiaku (Part II)

Setelah kegiatan LK III berakhir, kegiatan dilanjutkan dengan Pra-Munas XV. Satu-persatu delegasi berdatangan dengan warna jas almamaternya masing-masing, menambah keheterogenan peserta yang sudah lebih dulu hadir. Banyak diantaranya muka-muka lama tapi dengan posisi berbeda. 
Priangan Bersatu - Saat Welcoming Party
Kegiatan Pra-Munas XV ini dimulai pada tanggal 27 Desember 2014 dan diawali dengan welcoming party. Setiap wilayah harus menampilkan suatu kreasi kepada khalayak. Penampilan dimulai pukul 19.00, dan kita (wilayah priangan) baru konsolidasi pukul 17.30 karena kegiatan LK III baru berakhir. Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya harus mempersiapkan kreasi seni. Dengan bakat ala kadarnya dalam diskusi pendek itu akhirnya kami memutuskan untuk menampilkan lagu Bubuy Bulan dan Manuk Dadali. Dengan diiringi petikan gitar, akhirnya kedua lagu itupun dinyanyikan. Dengan kondisi tanpa latihan mungkin penampilan bisa dikatakan sukses, karena budaya sunda yang sudah mendarah daging di hati para delegasi priangan.
Hari selanjutnya dilanjutkan dengan sidang Pra-Munas, agendanya adalah untuk membahas rekomendasi-rekomendasi untuk periode selanjutnya yang akan disahkan di Munas. Sidang ini diawali dengan sidang tata tertib yang hamper menghabiskan waktu sekitar 3-4 jam. Konon, sidang tata tertib kali ini merupakan sidang tercepat dalam persejarahan sidang Ismafarsi, karena pada Pramunas 2 tahun silam saja di Makassar, sidang tata tertib sampai menghabiskan waktu satu hari satu malam, mengerikan sekaligus memilukan. Benak kemudian menerka “hmm, mungkin ini salah satu langkah awal kemajuan ismafarsi, dengan sidang tatib yang sebentar berarti kita punya banyak waktu untuk membahas hal-hal substansial, bukan hanya masalah internal tapi bagaimana ismafarsi ini juga bereskalasi di eksternal”. Sidang kemudian dilanjutkan dengan rekomendasi yang hilir mudik mewarnai jalannya sidang. Hari pertama sidang berjalan dengan lancer sampai akhirnya sidang di pending karena waktu sudah menunjukan pukul 22.00 WIB.
Hari kedua kemudian berjalan, bahasan pertama dihari kedua adalah “munas dilaksanakan 1 tahun sekali”. Karena rekomendasi ini UNPAD yang mengajukan, semua peserta sidang bertanya, how? Ketika rekomendasi ini dilakukan, pasti akan menuntut perubahan yang signifikan terhadap ismafarsi, terutama masalah massa kepengurusan (yang hari ini) 2 tahun, akan berubah menjadi satu tahun. “dalam massa kepengurusan 2 tahun terdapat 4 event nasional, kalau berubah 1 tahun jadi bagaimana?” semuanya bertanya masalah grand design massa kepengurusan 1 tahun. Kami (dari UNPAD) mengajukan rekomendasi itu bukan berarti dengan tangan kosong, kami membawa grand design satu tahun setelah sebelumnya berdiskusi dengan ormawa lain seperti ILMIKI, PSMKGI, CIMSA dan ISMKI. Saya kemudian maju mempresentasikan grand design satu tahun. Ternyata, yang membawa mosi kepengurusan satu tahun ini bukan hanya UNPAD, tetapi Univ. Hasanuddin juga ternyata sudah membawa grand design 1 tahun. Akhirnya UNPAD dan UNHAS maju ke muka forum mempresentasikan grand design masing-masing. Diskusi alot pun terjadi, banyak pertanyaan dari peserta sidang seperti sedang menghakimi kami berdua, sampai-sampai sidang pun harus dipending beberapa kali. Lobbying, pending, lobbying, pending. Sampai akhirnya grand design dari UNPAD dan UNHAS dipadukan dan dipresentasikan sekali lagi. Ketika keputusan akan di sahkan, muncul provokasi dari beberapa pihak, akhirnya forum distraksi lagi, sampai sempat gaduh beberapa kali. Banyak pro-kontra, semakin lama tensi juga semakin tinggi. Untuk kami yang hidup dalam iklim sunda yang kata orang ‘kalem-kalem wae’ tentu memang ada tekanan tersendiri ketika tensi memanas, tapi saya coba tenang dan mengerti, ini Indonesia dengan segala kemajemukannya. Karakternya sangat beragam, lembut, keras, kasar, culas, semua kondisi ada. Salah satu presidium (perempuan) pun sampai menangis, entah apa alasannya, yang pasti mungkin karena kondisi forum dan bahasannya yang muter-muter.
Suasana Sidang
           Pembahasan kepengurusan satu tahun itu sudah menghabiskan waktu seharian, entah berapa kali lobbying dan pending yang sudah terjadi. Akhirnya muncul win-win solution untuk membuat  badan pengkaji. Tugasnya membahas secara matang dan intens di universitasnya masing-masing terkait masalah kepengurusan satu tahun ini.
            Hari ketiga pun tensi masih sama, malah ada beberapa komisariat yang melakukan walk out. Bahasannya pun masih muter-muter, kadang bahasan yang dibahas, diulangi kembali. Sidang di hari ketiga pun akhirnya selesai dengan segala dinamika nya, dan sekaligus sidang terakhir berdasarkan rundown panitia. Pembahasan sidang tiga hari ini hanya membahas rekomendasi AD/ART saja, GBHO bahkan tidak tersentuh sama sekali.
Dihari kelima Pra-Munas dilakukan FAMFI (Forum Aspirasi Mahasiswa Farmasi), yang datang waktu itu adalah wasekjend IAI. Beberapa aspirasi memang disampaikan, tapi terkadang terkesan seperti kuliah umum. FAMFI ini berakhir pukul 23.30 WIB. Kemudian terjadi kegaduhan di belakang, ada beberapa universitas yang meminta diadakan MUNASLUB, karena ada BP (Badan pengawas) yang sudah lulus S1, dan ini jelas melanggar AD/ART. Dengan mata yang sudah terkatung-katung, menyaksikan orang orasi didepan kamar asrama wanita, membangunkan delegasi yang sebagian mungkin sudah terlelap dan menantang semua delegasi untuk melakukan MUNASLUB. Perasaan sudah tidak karuan, antara ngeri dan panic, bayangkan, lihat orang orasi dengan nada lantang setengah marah-marah jam 12 malam sambil membunyikan sirine. Keadaan panic, nelpon sana-sini, manggil yang memang bisa diajak diskusi.
MUNASLUB pun akhirnya terjadi, dimulai pukul 00.30-Adzan Subuh dengan Segala dinamika keterlelapan. Akhirnya terpilihlah Alfianita dari UNSOED sebagai BP Sementara menggantikan BP yang sudah lulus tadi.
Hari selanjutnya dihabiskan dengan KIO (Kampanye Informasi Obat) dan Explore malang. Banyak kejadian lucu dan seru, mulai dari disangka jualan jamu saat akan melakukan KIO sampai menikmati kuliner-kuliner khas malang mulai dari baso bakar, baso goreng, mie setan, es genderewo yang sensasinya hingga hari ini bikin kangen kota Malang. Dan yang paling tidak bisa terlupakan adalah bisa menikmati Sunrise di Bromo, Naik diatas Jeep diantara hamparan padang pasir yang menhampar luas, menaiki indahnya bukit teletubis hingga bisa mendaki ke kawah bromo. Tapi sayang, 30 menit di kawah bromo, malah tidur bersandarkan kaki diantara dua jurang, akibat terlalu lelah. Tapi ini benar-benar sensasi yang tidak terlupakan, apalagi karena sweater gue ketinggalan didalam jeep. -_-
Setiap perjalanan pasti menyisakan rasa. Begitupun perjalanan 2 minggu di Malang ini. Pertama, kita memang lebih suka berkumpul dengan orang-orang yang satu visi dengan kita, karena bersama nya kita akan saling menguatkan satu sama lain. Masih terbesit dalam ingatan, hari kedua sidang selesai pukul 12 malam, kemudian kami berkonsolidasi sampai pukul 02.30 dengan beberapa universitas yang memang memiliki tujuan yang sama, diskusi satu sama lain, menguatkan argument satu sama lain. Kedua, tentang asas professionalitas. Pada sidang ismafarsi ini, entah berapa kali tensi sidang memanas, walkout, gebrak meja dan aktivitas-aktivitas lainnya yang memang tidak layak untuk dijadikan contoh. Tapi sekali lagi, saya belajar tentang professionalitas. Itu sebabnya kader-kader ismafarsi itu walaupun didalam sidang berdebat hebat, saling jegal-menjegal argument tapi diluar sidang kita bisa berangkulan erat. Satu kondisi yang sangat jarang ditemui. Ketiga, tentang keteguhan memegang keidealan. Salah satu yang menyebabkan anak-anak timur meminta diadakannya MUNASLUB karena mereka memegang keidealan. Yang mereka tuntut itu bukan hanya sekadar penggantian BP (Badan Pengawas), tapi karena sudah terjadi pelanggaran atas yang sudah kita buat bersama. Sekali lagi saya belajar, jangan terlalu banyak mentoleransi atas ketidaksempurnaan, dan bedakan porsi kekeluargaan dan porsi keprofessionalitasan. Keempat, don’t judge people by cover. Intinya jangan terlalu banyak termakan oleh propaganda orang, diskusi dulu. Setiap orang pasti menginginkan kebaikan, dan pada hakekatnya pasti mengarah kesana. Yang perlu kita lakukan adalah menyamakan persamaan, bukan mempertajam perbedaan. Kelima, logika dan cara pandang kedepannya ketika sidang harus diubah. “Jadi bagaimana dengan sidang di DPR ya kalau kebijakannya sudah bersinggungan dengan hukum syara’ (dalam islam) sedangkan mekanisme nya masih yang menang suara terbanyak, sidang levelan mahasiswa saja sudah banyak voting apalagi levelan birokrat?” Untung saja sidang kali ini tidak bersinggungan dengan hukum syara’. Terakhir, mungkin ini lebih tepatnya rasa kagum. Ketika waktu luang, disamping diskusi banyak suasana-suasana yang diisi dengan tilawah. Seperti, nafas segar ditengah gersangnya rohani dunia. Serta banyak akhwat berbaju panjang, dengan tensi yang demikian terjadi tidak menunjukan kelemahan sama sekali dibalik kerudung panjang nya, justru kadang penetral saat suasana sudah mulai gaduh. Beruntunglah generasi selanjutnya, karena mereka akan tercipta ditangan kalian. Sekarang saya juga jadi paham tentang makna (QS. An-Nur: 26).
“Setiap orang benar-benar harus merefleksi kembali, untuk apa sebenarnya sebuah aliansi didirikan. Jangan sampai terus-terusan berkutat dengan masalah internal, bahas tata tertib yang tidak jelas esensinya dan lupa bahwa sebenarnya yang harus kita bangun itu adalah profesi kita, Apoteker. Jangan sampai egosentris kecerdasan dan terlalu saklek pada aturan, menghalangi tujuan besar kita untuk membuat farmasi Indonesia lebih baik lagi.”
Viva La Pharmacia ..
tamat.

NB: Catatan ini bukan kritik untuk siapapun, hanya berharap untuk merefleksi satu sama lain. Kalau terus-terusan seperti ini, yakin bisa membuat Indonesia lebih baik lagi?
Delegasi Seluruh Indonesia dari 8 Wilayah

Partai Koalisi

Jaya Sukmana

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

1 comments:

 
biz.